.....apa saja yang terpikirkan,yang jadi perhatianku, kehidupanku, pengalaman(ku dan orang lain), apa yang kusukai, apa yang tidak kusuka,apa yang ingin kubagikan, apa yang menyentuhku,apa yang tidak ingin aku lupakan, yang menginspirasiku, yang menolongku, menguatkanku, dan berarti buatku.

Dan di atas segalanya, perjalananku bersama Yesusku, saat-saat aku belajar berjalan bersama-Nya, bergantung sepenuhnya kepada-Nya,menikmati pemeliharaan dan kasih-Nya yang sempurna atas hidupku.

Sunday, March 28, 2021

Atomic Habits (Bab 11)

Seorang guru besar membagi mahasiswa jurusan fotografinya menjadi dua kelompok, kuantitas dan kualitas. Kelompok kuantitas akan dinilai berdasarkan jumlah foto yang dikumpulkannya, 100 foto mendapat nilai A, 90 foto mendapat nilai B dan 80 foto bernilai C. Sedangkan kelompok kualitas hanya perlu menghasilkan 1 foto yang hampir sempurna untuk mendapat A. Menariknya, foto-foto terbaik dihasilkan kelompok kuantitas. Mereka memotret, mempelajari pencahayaan yang baik dari hasil sebelumnya, memotret dari berbagai sudut terbaik, mereka mempraktikkan dan mengevaluasi untuk perbaikan ke depannya. 



Bila ingin menguasai kebiasaan, kuncinya adalah mulai dengan perulangan, bukan membayangkan kesempurnaan.
Mulai melakukan kegiatan berulang kali, bukan hanya merencanakan. Memulai lebih penting, karena begitu memulai maka kita dapat mengevaluasi apa yang kurang dari apa yang dilakukan dan melakukan perbaikan. Saat hanya merencanakan maka boro-boro menguasai, kita jadi hanya terlihat sibuk tanpa melakukan apa-apa. 


Untuk membentuk kebiasaan, anda hanya perlu mengulang-ulangnya. 
Makin sering kegiatan dilakukan, yang awalnya makin berat akan menjadi lebih mudah, bahkan otomatis. Hal ini terjadi karena adanya penguatan koneksi antara neuron di dalam otak. Setiap perulangan mengakibatkan koneksi makin kuat. Di dalam otak akan terbentuk kebiasaan yang bisa otomatis dilakukan setelah berulang kali dilakukan. 

Sudah dua hari ini, Sofia (3 tahun) bangun sebelum jam 5 pagi, bahkan sebelum alarm. Kami memang sedang membiasakan anak-anak bangun pagi. Kami menggunakan alarm yang berbunyi pukul 5 pagi, kalau anak belum bangun saat alarm berbunyi maka kami akan membangunkan perlahan. Setelah bangun pagi kami akan mengajak mereka bak, merapikan tempat tidur lalu jalan pagi bersama. Untuk Sara (4,5 tahun), memang bangun lebih siang dari adeknya, dia terbiasa bangun di atas pukul 6 pagi. Jadi masih harus dibangunkan. Kemungkinan karena sudah terbiasa bangun siang lebih lama jadi lebih sulit bagi Sara bangun pagi secara otomatis dibandingkan adeknya. 

Palangka Raya, 26 Maret 2021
-Mega Menulis-

No comments:

Perjalanan Panjang Kami

Aku dan suami terinspirasi Mbak Nana yang membawa Nesa melakukan perjalanan ke berbagai tempat sejak kecil dan bisa belajar bany...